News Malinau – Perayaan Irau Malinau 2025 di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, tahun ini tidak hanya dimeriahkan oleh atraksi budaya dan parade adat, tetapi juga diisi dengan acara istimewa bertajuk “Ngobrol Bareng 5 Pemuka Agama”. Kegiatan ini menjadi simbol nyata kerukunan antarumat beragama di Malinau, yang selama ini dikenal sebagai daerah dengan tingkat toleransi tinggi di Indonesia bagian utara.

Acara yang digelar di Taman Irau Center pada Rabu malam (23/10/2025) itu menghadirkan lima tokoh agama — Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Buddha — untuk berdialog santai mengenai makna persaudaraan dan perdamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
Baca Juga : Ratusan Pencari Kerja Ramaikan Job Fair Malinau 2025
Kegiatan ini menarik perhatian banyak pengunjung Irau, termasuk tokoh adat, pelajar, serta tamu undangan dari berbagai kabupaten sekitar. Suasana hangat dan penuh rasa hormat terlihat sepanjang acara berlangsung.
Dialog Toleransi dalam Bingkai Budaya
Dalam sesi dialog, masing-masing pemuka agama berbagi pandangan tentang bagaimana nilai-nilai ajaran mereka mengajarkan pentingnya saling menghargai perbedaan. Tema besar yang diangkat adalah “Merawat Persaudaraan, Menolak Perpecahan”, yang sejalan dengan semangat peringatan Irau sebagai pesta rakyat yang mempersatukan.
Pemuka agama Islam, Ustaz H. Masykur, menegaskan bahwa kebersamaan dalam perbedaan adalah kekuatan terbesar masyarakat Malinau.
“Islam mengajarkan kasih sayang, bukan kebencian. Kita hidup berdampingan karena perbedaan itu kehendak Tuhan,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan umat Katolik, Romo Andreas, menambahkan bahwa dialog lintas iman seperti ini adalah bentuk nyata cinta kasih yang diwujudkan dalam kehidupan sosial.
“Irau bukan hanya pesta budaya, tapi momentum untuk memperkuat ikatan batin antarumat. Ini luar biasa dan patut dipertahankan,” katanya.
Pemerintah Daerah Dukung Kegiatan Lintas Iman
Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan apresiasinya kepada panitia Irau 2025 yang telah menghadirkan konsep dialog lintas agama di tengah kemeriahan festival budaya. Ia menilai kegiatan ini menjadi contoh konkret bagaimana tradisi lokal bisa menjadi sarana memperkuat nilai-nilai toleransi.
“Irau adalah perayaan kebersamaan. Dengan adanya kegiatan seperti ini, kita buktikan bahwa keberagaman bukan alasan untuk terpecah, tapi untuk saling menguatkan,” ujar Bupati Wempi.
Ia juga berharap acara seperti Ngobrol Bareng Pemuka Agama dapat menjadi agenda tetap dalam perayaan Irau tahun-tahun mendatang.
Inspirasi untuk Generasi Muda
Selain menumbuhkan kesadaran toleransi, acara ini juga memberi inspirasi bagi generasi muda Malinau. Banyak pelajar dan mahasiswa yang hadir mengaku mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya menghormati keyakinan orang lain.
Seorang peserta, Clara (20), mahasiswa asal Desa Tanjung Lapang, mengatakan bahwa dialog tersebut membuatnya semakin bangga menjadi bagian dari masyarakat Malinau yang damai dan terbuka.
“Kami ingin menjaga warisan toleransi ini. Semoga anak muda terus jadi jembatan perdamaian,” tuturnya.







