News Malinau – Maraknya penyalahgunaan narkoba yang semakin melibatkan kalangan muda di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, menuai kekhawatiran dari berbagai pihak. Data Polres Malinau mencatat sebanyak 24 kasus narkotika dalam setahun terakhir, dan sebagian besar pelakunya adalah pemuda.

Situasi ini diperparah dengan pengungkapan terbesar sepanjang sejarah Polres Malinau, yaitu penyelundupan 949 gram sabu oleh lima kurir asal Berau. Modus operandi yang kian beragam dan jalur perbatasan yang rawan dimanfaatkan sindikat, menjadikan Malinau sebagai titik rentan dalam arus peredaran gelap narkotika.
Baca Juga : Bupati Malinau Tantang Satgas Pesat Cetak Omzet Rp 7 Miliar: Siapkan Bonus Jika Target Tercapai
Sebagai respons atas kondisi tersebut, sejumlah Organisasi Kepemudaan (OKP) lintas agama, kampus, dan komunitas lokal di Malinau, menggelar diskusi kolektif yang membahas strategi pencegahan narkoba di tingkat akar rumput.
Pemuda Harus Menjadi Garda Depan
Koordinator Komunitas Ruang Muda Malinau, Julian Justinus, menyatakan bahwa keterlibatan pemuda dalam gerakan pemberantasan narkoba sangat krusial, mengingat banyaknya jalur perlintasan yang diketahui secara lokal oleh masyarakat sekitar.
“Kita tidak bisa diam. Jalur-jalur yang sering kita lintasi setiap hari kini bisa jadi celah masuk narkoba. Ini tanggung jawab bersama, bukan hanya polisi,” ujarnya.
Berani Laporkan Meski Pelaku Orang Dekat
Sekretaris GP Ansor Malinau, Biru Asrori, menyoroti tantangan pelaporan apabila pelaku berasal dari lingkungan terdekat atau institusi formal.
“Kadang pelaku itu justru orang yang kita kenal, bahkan rekan satu organisasi. Kita butuh keberanian moral untuk bersikap tegas,” ucapnya.
Persoalan Infrastruktur dan Ketimpangan Ekonomi Perbatasan
Perwakilan dari GMKI Malinau, Bryan, memaparkan bahwa akar dari permasalahan narkoba juga tidak bisa dilepaskan dari ketimpangan ekonomi dan minimnya kehadiran negara di wilayah perbatasan.
“Kalau harga sembako dan BBM di Malaysia lebih murah dari di Malinau, berarti ada yang salah. Ketiadaan akses ini membuat banyak warga tergoda mencari jalan pintas,” katanya.
Pencegahan Berbasis Edukasi Internal Organisasi
Tokoh Pemuda Katolik Malinau, Willibaldus Luruk, menekankan pentingnya pendekatan edukasi internal di dalam organisasi sebagai benteng awal dari penyalahgunaan narkoba, judi online, dan minuman keras.
“Jangan sampai organisasi kepemudaan malah jadi tempat nyaman bagi pelaku penyalahgunaan. Harus ada sistem edukasi dan pemantauan,” tegasnya.
Kesimpulan Diskusi: Perlu Gerakan Bersama, Bukan Parsial
Diskusi yang digelar secara terbuka ini menyimpulkan bahwa gerakan kolektif. Mulai dari edukasi, pelaporan, hingga advokasi kebijakan harus dilakukan secara berkelanjutan. Pemerintah daerah, aparat hukum, masyarakat sipil. Dan pemuda perlu duduk bersama dalam menyusun strategi lintas sektor guna menekan laju peredaran narkoba di perbatasan.