News Malinau — Festival Irau ke-25 Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, kembali menjadi sorotan publik Borneo. Acara budaya tahunan yang menampilkan keberagaman etnis ini mendapat pujian dari Presiden Lundayeh Sabah, Datuk Seri Joseph Laing, yang hadir langsung sebagai tamu kehormatan.

Dalam sambutannya, Datuk Seri Joseph menyampaikan kekagumannya atas kerukunan masyarakat Malinau yang mampu mempertahankan keharmonisan lintas suku, agama, dan budaya di tengah dinamika sosial modern.
Baca Juga : Penuh Nilai Budaya, Tradisi Perkawinan Adat Tidung Tampil di Festival Budaya Irau
“Saya sangat terharu menyaksikan masyarakat berbagai etnis — Dayak, Lundayeh, Tidung, hingga Toraja — bersatu dalam satu panggung kebudayaan. Inilah harmoni sejati yang menjadi kebanggaan Borneo,” ujarnya di Lapangan ProSehat Malinau, Jumat (10/10).
Irau Malinau Jadi Ruang Perekat Budaya Borneo
Festival Irau Malinau, yang tahun ini mengusung tema “Harmoni Dalam Keberagaman”, menampilkan ratusan penari tradisional dari 15 etnis berbeda, pameran hasil kerajinan lokal, serta parade budaya lintas komunitas adat.
Bupati Malinau, Winsen Majau, menjelaskan bahwa Irau bukan sekadar ajang hiburan, tetapi momentum memperkuat identitas daerah sebagai rumah bagi keberagaman suku di Kalimantan Utara.
“Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa di Malinau, perbedaan bukan alasan untuk terpecah, melainkan kekuatan untuk maju bersama,” kata Winsen.
Menurutnya, festival ini juga mempererat hubungan lintas batas budaya Indonesia–Malaysia, terutama antara masyarakat Lundayeh Sabah dan Lundayeh Malinau yang memiliki akar sejarah dan bahasa yang sama.
“Kami memiliki darah dan budaya yang serumpun. Irau menjadi jembatan untuk mempererat persaudaraan di kawasan utara Borneo,” tambahnya.
Dukungan untuk Pariwisata dan Diplomasi Budaya
Kehadiran delegasi dari Sabah, Sarawak, dan Brunei Darussalam menjadi bukti bahwa. Irau Malinau kini telah berkembang menjadi ajang budaya internasional di wilayah perbatasan. Pemerintah daerah menargetkan festival ini masuk dalam kalender event nasional Kemenparekraf 2026.
Kepala Dinas Pariwisata Malinau, Maria Tjandra, menyebutkan jumlah wisatawan tahun ini meningkat 35 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Kegiatan ini tidak hanya memperkuat pariwisata, tapi juga diplomasi budaya antara Indonesia dan Malaysia,” ujarnya.
Selain penampilan seni, festival juga dirangkai dengan dialog lintas etnis Borneo, pameran kuliner tradisional, dan pementasan musik modern bernuansa lokal.
Datuk Seri Joseph menilai pendekatan Malinau bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Kalimantan dan Malaysia Timur.
“Saya berharap semangat seperti ini menular ke seluruh Borneo, agar budaya tidak hanya dirayakan, tetapi dijaga dengan cinta dan saling menghormati,” tutupnya.
Makna dan Dampak Sosial
Festival Irau bukan hanya mengangkat kearifan lokal, tetapi juga menjadi simbol persatuan di tengah keberagaman etnis Borneo. Melalui kegiatan ini, generasi muda diingatkan untuk bangga terhadap warisan leluhur sekaligus terbuka terhadap perubahan zaman.
Dengan semangat kebersamaan, Malinau membuktikan diri sebagai ikon harmoni budaya Kalimantan Utara, sekaligus inspirasi bagi masyarakat serumpun di seluruh Borneo.